Jumat, 01 April 2011

MAHASISWA SEBAGAI KONTROL SOSIAL DAN DEMOKRASI

MAHASISWA SEBAGAI KONTROL SOSIAL DAN DEMOKRASI
Oleh : zikirullah
(aktivis Pergerakan SMUR dan mantan pengurus BEM FKIP.)

Sejarah pergerakan mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial politik suatu bangsa. Seperti halnya Indonesia. Di mana dalam setiap perioderisasinya, mahasiswa dengan moral force-nya telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menentukan format kehidupan bangsa. Diawali dengan lahirnya Boedi Oetomo 1908 yang dilanjutkan dengan kongres mahasiswa Indonesia sehingga menghasilkan rumusan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan elemen penting dalam menentukan format bangsa ke depan.
Namun juga tidak dipungkiri dalam perjalanannya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cenderung memberikan batasan-batasan ruang lingkup gerakan mahasiswa. Seperti halnya Orde Lama yang jatuh sebagai implikasi jatuhnya rezim otoretarian Soekarno oleh mahasiswa dan ABRI, ternyata justru menjadi awal kemandekan pergerakan mahasiswa Indonesia.
Dengan dikeluarkannya kebijakan NKK/BKK yang melarang mahasiswa berpolitik kecuali sebagai individu dan memasuki organisasi-organisasi politik, secara langsung ataupun tidak telah melumpuhkan/mengkerdilkan peran mahasiswa sebagai elemen pembaharu dalam kehidupan bangsa. Mahasiswa dalam hal ini seakan telah kehilangan orientasi kemahasiswaannya yang notebene sebagai agen pengontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini justru menjadi kekuatan rezim untuk menjalankan politik dan kekuatan kesewenangannya. Sehingga Orde Baru berhasil membentuk paradigma dan pola pikir mahasiswa menjadi “Robot-Robot Penghapal” demi mengejar study oriented dan lulus dengan predikat Cumlaude. Mereka tidak lagi peduli dengan kondisi sosial politik yang ada di sekitarnya melainkan hanya disibukkan dengan urusan kuliah, pesta, dan cinta.
Namun disisi lain ternyata masih terdapat mahasiswa yang masih memiliki kepekaan dan kepedulian sosial kemahasiswaannya terhadap kondisi sosial dan politik yang ada disekitarnya. Dengan semangat keidealisan kemahasiswaannya berusaha untuk mewujudkan kembali peran mereka sebagai agent of change dan agen social control dengan membentuk kelompok-kelompok studi mahasiswa serta bergabung dengan organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus, yang secara periodik membangkitkan kembali kepekaan sosial kemahasiswaan terhadap perpolitikan bangsa. Runtuhnya rezim Soeharto ternyata bukanlah merupakan akhir perjuangan, tetapi justru merupakan awal perjuangan yang lebih besar. Reformasi menjadi ikon perjuangan seyogyanya harus diawasi dan dikontrol oleh mahasiswa.
Dengan realita demikian, tidak urung pergerakan mahasiswa pasca reformasi 98 cenderung bersifat infirodi. Di Kalimantan Barat juga masih sangat membutuhkan peran mahasiswa untuk mengawal demokrasinya. Merupakan suatu upaya untuk menata kembali format mahasiswa dalam mengawal demokrasi di Kalimantan Barat. Di era otonomi sekarang bagaimana daerah memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam menengarai pembangunan terkadang menyebabkan peran dari pemerintah menjadi kebablasan. Idealnya, demokrasi mampu beriringan memberikan kesejahteraan masyarakat. Dalam tataran normatif memang telah didengungkan. Mulai dari demokrasi liberal, demokrasi terpimpin hingga demokrasi Pancasila sekarang.
Ada dua hal yang mesti dimiliki oleh mahasiswa agar dapat melakoni perjuangan kemanusiaan dalam pengawalan demokrasi. Pertama, adalah memiliki kemampuan teoritis. Artinya adalah mahasiswa harus berpengetahuan luas, berfikir rasional, objektif dan kritis. Hal ini wajib dimiliki agar mahasiswa mampu memformulasikan apa yang ia ketahui. Sehingga dalam menghadapi persoalan kemasyarakatan penuh dengan kesadaran. Dan segala hal yang dilakukan merupakan hasil kajian secara mendalam sesuai dengan konteks keilmuan.
Suara yang dilontarkan pun bukan hasil dari titipan pihak-pihak kepentingan. Karena kalau kita berbuat dengan mengedepankan konsep-konsep keilmiahan, maka segala sesuatunya sanggup dikerjakan dengan konsep sistematis, yaitu bertahap, teratur dan mengarah ke pokok permasalahan.
topangan akademis, mahasiswa pasti akan mampu melaksanakan kerja kemanusian yang di semangati. Sebab dengan kadar landasan ilmu yang kuat, penulis yakin alam kesadaran mahasiswa akan bangkit bahwa mahasiswa tidak cukup membuat dirinya paham sendiri akan ketidakberesan namun juga harus mampu membuat kondisi masyarakat paham dengan keadaan sesungguhnya. Karena ilmu yang dimiliki haruslah diabdikan untuk mewujudkan cita-cita dan ilmu tersebut harus berguna bagi kepentingan rakyat banyak.
Kedua, memiliki keimanan/akhlak. Ini merupakan hal mendasar dalam melakukan setiap perbuatan. Setiap insan manusia yang memiliki landasan keimanan kuat akan mempunyai garansi objektif dalam setiap tindakan yang dilakukan. Segala perjuangan mahasiswa seluruhnya memang diawali oleh semangat keidealismean. Karena seluruh bentuk pengabdian dalam bentuk apapun pada hakekatnya adalah tujuan hidup manusia. Tapi kalau tidak mampu menahan godaan, maka akibatnya adalah terjerumus ke alam hitam permainan politik praktis.
Semangat indepedensi akan hancur berkeping-keping olehnya. Hanya wajah saja yang tampak senyum kebenaran. Tapi perbuatan seluruhnya tidak konsekuen dengan nilai kebenaran itu sendiri. Akibatnya, segala yang dilakukan adalah atas dasar kepentingan pribadi ataupun kepentingan-kepentingan elit. Simbolnya saja bernamakan rakyat yang diperantarai oleh mahasiswa. Sehingga sifat-sifat demikian yang jauh dari tatanan nilai keimanan mesti dibuang sejauh-jauhnya.
Karena mahasiswa dengan kualitas-kualitas yang dimiliki adalah merupakan kelompok elit. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam aliran darah generasi muda. Hanya dengan keimananlah sikap progresif dari seorang intelektual akan tumbuh nilai kejujujuran, keadilan, dan objektifitas dalam bertindak. Semoga hal ini tetap menjadi hal dasar bagi seluruh mahasiswa dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran. Dan tetap memiliki semangat revolusioner agar mampu selalu eksis dalam mengawal perjalanan demokrasi. Agar demokrasi di negeri ini tidak tersesat ke lembah durjana otoriter.
Intinya perubahan harus tetap ada, apapun alasannya dan seperti apa perubahan yang menjadi kebutuhan mahasiswa ? Perubahan yang mendasar, Revolusi Sosial !!!

*****
Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

(Soe hok gie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar